Analisis Film Laskar Pelangi

 Analisis Film " Laskar Pelangi "





 Pendahuluan

Laskar Pelangi adalah sebuah film drama Indonesia tahun 2008 yang disutradarai oleh Riri Riza dari skenario yang ditulis oleh Salman Aristo bersama Riri dan Mira Lesmana berdasarkan novel berjudul sama karya Andrea Hirata. Film ini diproduksi oleh Miles Films bersama Mizan Productions dan SinemArt

Film yang menceritakan perjuangan anak-anak Belitung ini memang begitu memorable karena sukses membuat banyak orang menangis oleh akting para pemerannya. Sebab film Laskar Pelangi bisa disebut sebagai film adaptasi novel tersukses di Indonesia yang ditulis oleh Andrea Hirata. Awal penayangan film ini di tahun 2008 yang disutradarai oleh Riri Riza dan menarik perhatian publik dalam beberapa bulan film ini menarik para penonton sampai 4,6 juta penonton, bukan hanya saja menarik kemampuan akting bintang ciliknya patut diacungkan jempol, meski sebelumnya mereka belum pernah akting sama sekali

Alasan mengapa film laskar pelangi bisa sangat sukses

Karena memang banyak scene-scene film Laskar Pelangi yang bikin penontonnya terharu hingga meneteskan air mata, dan banyak nya pesan pesan moral yang di dapatkan dalam film ini Singkat cerita perjuangan demi perjuangan anak-anak dalam menuntut ilmu diceritakan dengan apik di film tersebut. Anak-anak miskin di Belitong tersebut tetap semangat menuntut ilmu meskipun sekolah enggak pakai seragam, enggak pakai sepatu, alat tulis seadanya, dan sebagainya. Ditambah sekolah yang bangunannya hampir roboh, hanya ada satu peta yang sebagiannya robek dan sangat kusam, poster adanya poster Rhoma Irama, dan keterbatasan-keterbatasan lainnya.

Latar belakang dari kisah β€œ Laskar Pelangi β€œ

Mengkisahkan tentang Ikal (Zulfanny) anak asli Belitong yang berusaha keras mengejar mimpinya dengan bersekolah di salah satu SD yang hampir roboh bernama SD Muhammadiyah Gantong. Tahun 1974, Ikal kecil bersama ayahnya (Mathias Muchus) pergi ke sekolah SD Muhammadiyah Gantong untuk mendaftarkan Ikal disana. Sekolah tersebut diajarkan oleh Pak Harfan (Ikranagara) selaku kepala sekolah, serta dua guru Bu Muslimah (Cut Mini) dan Pak Bakri (Teuku Rifnu Wikana). Sebagian besar siswa tersebut berasal dari kalangan keluarga miskin seperti Lintang (Ferdian) anak pesisir asal Tanjung Kelumpang yang tinggal bersama ayah dan tiga adik perempuannya, Mahar (Verrys Yamarno) yang sangat hobi mendengarkan musik melalui radionya, Kucai (Yogi Nugraha) ketua kelas yang ayahnya bekerja di tambang PN Timah, dan masih ada lagi. Sekolah tersebut memiliki aturan bahwa sekolah bisa membuka kelas baru jika jumlah siswanya sudah mencapai sepuluh siswa-siswi. Berbeda dengan sekolah lain seperti SD PN Timah yang setiap tahunnya selalu membuka kelas baru. Salah satu gurunya yaitu Pak Mahmud (Tora Sudiro) tertarik sama Bu Muslimah, walaupun Pak Mahmud pernah membuat Bu Muslimah agak sedikit tersinggung. Setelah lama menunggu, siswa-siswi yang terkumpul baru mencapai sembilan siswa. Ketika harapan tersebut hampir redup, datanglah seorang anak bernama Harun (Jeffry Yanuar) yang merupakan anak abk. Kehadiran Harun membuat sekolah ini akhirnya memiliki kelas baru.

Lima tahun kemudian tahun 1979, anak-anak SD Muhammadiyah menikmati kebahagian mereka di sekolah seperti anak-anak lainnya. Kadang-kadang kebahagian mereka membuat mereka sempat tidak menuruti apa kata Bu Muslimah. Tetapi dibalik itu semua, semangat mereka dalam belajar sangat tinggi. Seperti Lintang yang selalu datang telat karena harus menjaga adik-adiknya dulu sambil menunggu ayahnya pulang dari melaut, Lintang pun harus naik sepeda puluhan meter melewati rumput, menunggu buaya besar lewat, hingga akhirnya tiba di sekolah

Pesan moral yang terdapat pada film " Laskar Pelangi "

Film yang telah meraih berbagai penghargaan ini, tentunya memiliki banyak pesan yang bisa kita ambil, diantaranya :

Keadaan Sulit Bukanlah Penghalang Untuk Meraih Mimpimu

Digambarkan bahwa keadaan setiap siswa di SD Muhammadiyah tersebut bukanlah dari kalangan yang berkecukupan, ditambah dengan insfrastruktur yang serba kekurangan dan bangunan sekolah yang sudah hampir roboh bukanlah menjadi halangan anak-anak untuk tetap belajar

Beberapa dari mereka bahkan harus menempuh perjalanan yang sangat jauh untuk bisa duduk dibangku sekolah. Film ini mengajarkan kita sesulit apapun yang kita hadapi pasti selalu ada jalan untuk melewatinya, bersyukur adalah kuncinya.

Berbeda Itu Bukan Kekurangan Tapi Keistimewaan

Dalam salah satu scene yang dimana anak-anak Muhammadiyah mengikuti Karnaval dimana mereka hanya menggunakan daun sebagai kustomnya, awalnya mereka ditertawakan oleh penonton. Namun keunikan mereka inilah yang menjadi nilai lebih sehingga mereka dapat memenangkan lomba. Berbeda bukanlah hal yang buruk, terkadang kamu hanya perlu merasa tenang untuk menjadi diri sendiri.

Pendidikan Adalah Wadah Untuk Menemukan Pandangan Baru

Film ini mengisahkan bagaimana perjuangan anak-anak yang tentunya sangat menyentuh hati, mereka dengan gigihnya melanjutkan pendidikan walaupun dengan segala kekurangan yang ada. Tentu ini juga menjadi tamparan bagi kita yang sekarang bisa dengan mudah mengenyam pendidikan.

Keberanian dalam mengatasi suatu kesulitan

Film ini juga mengisahkan bagaimana anak anak memliki keberanian dalam mengatasi suatu masalah yang terdapat dalam hidup nya.

Persahabatan kesetian dan kebersamaan 

Film ini juga mengisahkan tentang kebersamaan dan persahabatan antara ke 10 anak anak yang sangat erat, dan sangat menyentuh ini, dengan kebersamaan anak anak dalam menyelesaikan suatu masalah untuk mencapai impian bersama.



Alasan mengapa saya mengambil topik ini

Alasan mengapa saya mengambil topik ini adalah karena film ini adalah salah satu film yang sangat me legenda di Indonesia, film ini berisi makna dan kisah yang sangat menyentuh hati bagaimana anak anak yang  ada di pelosok Indonesia yang sangat ingin bersekolah harus berusaha extra keras untuk mendapatkan pendidikan itu.Ironisnya sekarang banyak anak anak di pelosok daerah Indonesia yang tidak bisa bersekolah karena terbatasnya sekolah sekolah dan kurang nya tenaga pekerja pendidikan yang ada di Indonesia.
 Oleh karena itu saya memutuskan untuk mengambil topik akan film ini untuk membahas semua pembahasan kelebihan dalam film ini 

Adakah keterkaitan antara film ini dengan pengalaman hidup

Tidak ada, saya sangat bersyukur dapat hidup di keluarga yang berkecukupan ini dan tinggal di kota yang pendidikan nya sangat bagus, saya mengambil topik film ini adalah untuk memberitahu kepada masyrakat Indonesia bahwa banyak nya anak anak yang tidak bersekolah karena fasilitas yang kurang memadai , Khusus nya di daerah pelosok Indonesia, oleh karena itu semoga dengan pergantian presiden bapak Prabowo Subianto tenaga pendidikan bisa merata di Indonesia dan dapat membuat indonesia menjadi lebih baik lagi dengan anak anak generasi yang berpendidikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce pada lukisan " The Scream "

Merumuskan Metolodogi pada lukisan " The Scream "